26 September 2008

Akar Pasak Bumi Bisa Cegah Kerusakan Hati


SEBUAH riset yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan hasil bahwa akar tumbuhan pasak bumi (Eurycoma longifolia) berkhasiat melindungi hati dari kerusakan.

Penelitian yang dipublikasikan IPB di Bogor, Senin menyebutkan bahwa penelitian itu dilakukan Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, mahasiswa S3 Program Studi Biologi Sekolah Pascasarjana IPB, yang sekaligus sebagai disertasi doktornya.

Dalam penelitian di bawah komisi pembimbing Prof Wasmen Manalu, dan Dr Ekowati Handharyani, dan Dr Chairul berjudul 'Pengujian Aktivitas Hepatoprotektor Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)' disebutkan bahwa selama ini masyarakat secara turun-temurun mempercayai pasak bumi memiliki khasiat meningkatkan gairah seksual kaum pria.

Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan pasak bumi sebagai tonikum bagi ibu-ibu yang baru melahirkan, pengobatan pembengkakan kelenjar, demam, dan juga disentri.

‘’Hasil penelitian ilmiah menunjukkan pasak bumi berkhasiat dalam disfungsi seks, antimalaria, dan sitotoksik (peracunan sel). Sedangkan penelitian pengaruh pasak bumi melindungi hati dari kerusakan belum banyak dilakukan,’’ katanya.

Dalam penelitiannya promovendus menghabiskan sebanyak 12,5 kilogram akar pasak bumi kering. Akar pasak bumi kering ini, selanjutnya dihaluskan menjadi bubuk dan diekstraksi dengan larutan metanol 50%. Kemudian, dipartisi berulang-ulang dengan n-heksan, dipekatkan dengan vacuum rotavapor.

Hasil partisi ini masih melalui proses beberapa tahapan lagi, hingga diperoleh ekstrak yang diharapkan.

Ekstrak tumbuhan asli Indonesia ini lalu diujicobakan pada tikus jantan Sprague Dawley umur 2-3 bulan. Sebelumya, semua tikus percobaan diberi carbon tetraklorida dengan dosis 0,1; 1,0 dan 10,0 mililiter per kilogram.

Carbon tetraklorida ini bersifat meracuni hati. Carbon tetraklorida ini mengakibatkan nekrosis (kerusakan sel) tikus. Hewan percobaan dibagi tiga kelompok, tiap kelompok terdiri dari tiga ekor. 

Kelompok pertama, tikus yang diberi air suling. Kelompok kedua, tikus yang diberi Silybum marianum. Kelompok ketiga, tikus yang diberi ekstrak akar pasak bumi. Perlakuan tikus ini berlangsung selama tiga bulan.

Pada pemberian ekstrak akar pasak bumi dosis 500 miligram per kilogram berat badan tidak mengakibatkan perubahan kadar enzim hati, yakni enzim Aspartate Transaminase, enzim Alanin Aminotransferaz, dan Alkalenfosfataz, protein total, bilirubin total, direk dan indurek.

Gambaran ini menunjukkan secara keseluruhan sel-sel hati tidak mengalami perubahan. Dosis fraksi metanol air akar pasak bumi kemudian dinaikkan menjadi 1000 mililiter per kilogram berat badan.

Pada dosis ini ekstrak akar pasak bumi menunjukkan aktivitas hepatoprotektor. Hal ini ditandai kadar enzim Aspartate Transaminase dan Alanin Aminotransferaz masih dalam kisaran normal. Selain itu, gambaran histopatologi (jaringan yang terpapar penyakit)-nya sebanding dengan pemberian silymarin.

Tumbuhan sudah diketahui benar berperan sebagai hepatoprotektor adalah Silybum marianum (Milk Thistle). Oleh karenanya, dalam penelitian itu, sebagai pembanding dipakai Silybum marianum

Tumbuhan ini dilaporkan mampu melindungi hati dari berbagai jenis racun, parasetamol, alkohol, carbon tetraklorida, D-galaktosamin, radiasi, penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, pengelupasan hati dan virus hepatitis.

Setelah pemaparan penelitian itu, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan dinyatakan lulus sebagai doktor baru di lingkungan IPB. (sumber : antara)


Tidak ada komentar: