22 September 2008

Ancaman Disfungsi Seksual Buat Si Berat


Jangan coba-coba menjadi gemuk. Soalnya, dengan kondisi badan yang gembrot, pengaruhnya bisa ke mana-mana, termasuk urusan ranjang. Jarak dengan penyakit disfungsi seksual semakin dekat. Hubungan seksual juga jadi relatif lebih sulit di lakukan.

SUSAHNYA jadi anggota gerombolan ‘si Berat” (baca: kegemukan). Selain tempat tidur bisa ambrol lantaran kelebihan beban, mengatur posisi dan variasi saat berhubungan intim pun jadi merepotkan.

“Kalau suami-istri sama-sama overweight, bukan tak mungkin tidak akan pernah terjadi hubungan badan,” cetus konsultan seks dan rehabilitasi, dr. Ferryal Loetan, ASC&T, Sp.RM, MKes-MMR.

Meski begitu, buat Ferryal Loetan, persoalan posisi dan variasi di atas ranjang hanyalah satu dari sekian banyak masalah serius yang bakal mendera mereka yang berat badannya jauh melebihi batas normal. Khususnya dalam melakukan aktivitas seksual bersama pasangan.

Ancaman paling nyata adalah disfungsi seksual yang disebabkan oleh penyakit-penyakit yang diturunkan obesitas, semisal diabetes dan tekanan darah tinggi. Pada pria penderita diabetes, dapat terjadi disfungsi ereksi dan ejakulasi terbalik.

Yang dimaksud ejakulasi terbalik adalah ejakulasi yang terjadi ke arah kandung kencing. Sperma tidak keluar sebagaimana mestinya, sebaliknya malah masuk ke dalam kandung kencing. Sedangkan pada wanita, diabetes menyebabkan rasa sakit saat melakukan hubungan seksual, bahkan menggagalkan orgasme.

Pada penderita tekanan darah tinggi, gangguan fungsi seksual biasanya terjadi akibat terganggunya aliran darah, selain karena efek sampingan penggunaan obat obatan tertentu yang tujuan aslinya dimaksudkan untuk menurunkan tekanan darah. Makanya dianjurkan, orang gemuk berpenyakit darah tinggi berhati-hati dalam mengonsumsi obat. Tanyakan dampak jangka pendek dan jangka panjangnya pada dokter.

Persaingan Antarhormon

Selain fisik, disfungsi ereksi pada si gemuk juga datang dari faktor psikis.

“Orang yang punya badan terlalu gemuk biasanya tidak terlalu pede dengan penampilannya. Ketidak-pede-an itu dapat menular pada aktivitas seksual mereka,” jelas Ferryal.

Apalagi jika (untuk pria) terlalu memikirkan ukuran “torpedo” yang berukuran agak mungil. Saking tidak pede-nya, banyak di antara mereka kemudian terserang stres, bahkan depresi, sehingga menjauhi urusan seks.

Berdasarkan pengalaman Ferryal, ukuran “torpedo” orang overweight biasanya memang relatif kecil.

“Kalau kecilnya masih dalam batas ukuran normal tidak masalah, yang penting fungsinya masih berjalan dengan baik, seperti dapat ereksi dalam waktu yang lama. Tapi banyak di antara mereka yang ukuran penisnya betul-betul kecil Ukurannya di bawah standar,” sambung Ferryal.

Ukuran penis tidak normal itu terjadi akibat banyaknya lemak yang menumpuk di perut, khususnya di sekitar alat kelamin itu, membuat alat “vital” seperti tertarik ke dalam. Pada sebagian besar kasus kegemukan, “tarikan ke dalam” itulah yang menyebabkan mereka gagal ereksi atau mengalami disfungsi seksual.

“Penis laki-laki berdiri di dasar tulang. Ketika lemak yang ada di depannya makin lama makin menumpuk, penis pun menjadi makin pendek,” Ferryal menambahkan.

Ferryal juga melihat adanya kecenderungan menurunnya minat berhubungan intim pada orang kegemukan. Penyebabnya antara lain terganggunya komposisi hormon laki-laki dan hormon perempuan di dalam tubuh. Padahal, hormon-hormon itulah yang mempengaruhi libido. Jika keseimbangannya terganggu, bisa dipastikan keinginan menghangatkan ranjang bersama istri atau suami akan terganggu.

Jika masalah tadi masih ditambah lagi dengan rasa frustrasi akibat terbatasnya posisi dan variasi dalam berhubungan seks, hasrat menikmati madu hubungan intim lama-lama kian redup, sampai akhirnya mati sama sekali.

Pada wanita, terganggunya keseimbangan hormon ini bahkan berharga sangat mahal, yakni terganggunya kesuburan. Dalam sebuah seminar, dr. Hendro Pramono Sp.OG dari RSU Dr. Soetomo, Surabaya, menyebut sebuah penelitian, yang memberitakan adanya bahan pada lemak yang berpotensi memicu tumbuhnya beberapa kista di indung telur.

“Inilah yang disebut Policystic Ovarium (PCO). Kelainan itu biasanya terjadi pada wanita usia subur,” tulis Hendro dalam makalahnya.

Kelainan itu muncul akibat kecenderungan meningkatnya jumlah hormon androgen (hormon pria) pada wanita gemuk. Jika jumlah hormon androgen mulai menyaingi hormon wanita, banyak hal bisa terjadi. Salah satunya, menghambat proses pematangan sel telur dalam indung telur. Alhasil, sel telur gagal matang dan tidak keluar dari indung telur. Sel-sel telur yang tidak matang itulah yang membentuk kista di dalam indung telur.

Mikro Jadi Makro
Pada lelaki, selain mempengaruhi libido, ketidakseimbangan hormon besar kemungkinan ikut menentukan perilaku seseorang. Seperti diketahui, setiap manusia ditakdirkan memiliki hormon laki-laki dan perempuan. Menjadi seperti apa seseorang kelak, tergantung hormon mana yang berkembang lebih dominan. Kalau hormon pria dan hormon wanitanya seimbang, bisa saja yang bersangkutan berkembang menjadi penganut biseksual atau transeksual.

Ferryal memperingatkan, problem keseimbangan hormon pada orang kegemukan harus dilihat dari akar masalahnya. Dia mensinyalir, mulai banyaknya jumlah pasien disfungsi seksual yang masih berusia muda (usia 30- an tahun) berawal dari sesuatu yang tidak beres pada pola pikir masyarakat.

“Anak-anak yang overweight dianggap sehat, sehingga selalu dibangga-banggakan orangtuanya,” tegas Ferryal. 

Padahal, anak-anak kelebihan gizi itu justru dapat menjadi pelopor lahirnya generasi berdisfungsi seksual kelak. Karena dengan memelihara berat badan berlebihan, berarti mengundang terjadinya degradasi hormon laki-laki.

Dengan pola pikir salah yang kian tertanam itu, Loetan tidak kaget, “Belakangan mulai banyak orangtua yang membawa anaknya ke klinik saya. Mereka mengeluh, karena penis anaknya sangat kecil.”

Logikanya, jika hormon laki-laki mulai mengalami degradasi (berkurang), perkembangan penis memang tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Makanya orangtua harus jeli, jika tidak mau menyesal di kemudian hari. Kelebihan berat badan harus diperangi sebelum anak mencapai usia dewasa (17 atau 18 tahun). Karena begitu lewat masa puber atau lewat usia dewasa, penis yang telanjur terhambat perkembangannya akan susah dikembalikan ke ukuran normal.

Setelah dewasa, ketidakseimbangan jumlah harmon laki-laki dan perempuan yang telah dirintis sejak masa kanak-kanak mencapai puncaknya. Jika harmon perempuan yang lebih dominan, si lelaki akan tumbuh menyerupai wanita. Puting suSunya membesar, sementara penis mengecil secara permanen.

“Omong kosong kalau ada yang mengaku bisa membesarkan penis orang dewasa,” tegas dokter pemilik klinik “Kamar Sutera” di RS Harapan Bunda ini.

Pada tahap ini, yang bisa dilakukan dokter atau terapis hanyalah berusaha menjaga atau mempertahankan agar penis berukuran di bawah normal itu tetap menjalankan fungsinya dengan baik. Yakni masih bisa “tegang” dan “menembak sasaran” dengan jitu. Vakum bisa saja digunakan, tapi tidak untuk membesarkan penis, hanya untuk memperbaiki pembuluh darah dan saraf-saraf terjepit.

Pengaturan gizi menjadi faktor kunci sebelum pasien disfungsi seksual menjalani terapi untuk mengembalikan hasrat dan kemampuan berhubungan intim. Dengan kata lain, penderita biasanya dianjurkan mengunjungi dokter gizi dulu untuk mengurangi lemak di tubuhnya.

Yang paling ideal, penderita kegemukan dibawa ke klinik sebelum berusia 17 tahun. Ferryal menjamin anak dan remaja overweight itu masih bisa dibantu.

“Anak anak dengan mikro penis biasanya diberi terapi hormonal terkontnol, untuk memperbaiki hormon di dalam tubuhnya agar lebih dominan hormon laki-laki. Sehingga penisnya akan berkembang maksimal,” bilang Ferryal.

Setelah terapi itu, berdasarkan pengalaman Fernyal, biasanya penis mikro tidak hanya membesar, tapi juga berkembang lebih besar dari ukuran normal. 

5 Petunjuk Penting Buat Si Berat

1. Nasihat paling enak didengar tapi sangat sulit dilaksanakan adalah “berolahraga secara teratur. Tapi hanya inilah cara paling murah untuk memerangi obesitas. Olahraga tak hanya membakar lemak, tapi juga melancarkan peredaran darah. Dengan berolahraga, tubuh menghasilkan hormon endorfin yang menimbulkan rasa nyaman. Olahraga apa yang paling tepat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.


2. Rajin-rajinlah memeriksakan diri ke dokter, kalau-kalau ada penyakit atau kelainan fisik yang berhubungan dengan bobot badan Anda. Agar penyakit atau kelainan itu bisa segera diantisipasi sebelum telanjur menyebabkan disfungsi seksual.

3. Jalin komunikasi yang baik dengan pasangan di atas ranjang. Penyesuaian-penyesuaian perlu dilakukan, agar sama-sama senang.

4. Hindari makanan-makanan junk food, fast food semacam fried chicken. Besar kemungkinan, ayam-ayam yang disajikan sebelumnya telah diberi suntikan hormon (agar cepat besar). Jika hormon itu masuk ke dalam tubuh manusia, jelas bisa mengganggu keseimbangan hormon yang telah ada.

5. Jangan mudah percaya dengan latihan-latihan atau apa pun yang bersifat fisik untuk memperbesar penis. Jika mengecilnya penis berhubungan dengan ketidakseimbangan hormon, ya hormonnya yang harus diperbaiki. (sumber : majalah intisari)

Tidak ada komentar: