25 September 2008

Kegemukan VS Kehamilan

Dengan menjalani gaya hidup sehat, kegemukan tak mesti menjadi momok bagi kehamilan maupun persalinan.

SEORANG ibu hamil besar ditolak pihak rumah sakit hanya karena kegemukan. Begitu salah satu judul berita di salah satu situs beberapa bulan lalu. Fasilitas kurang lengkap dijadikan alasan pihak rumah sakit untuk menolak menangani wanita asal Australia yang akan melahirkan tersebut. Pihak rumah sakit bersikeras bahwa menangani pasien seperti itu menuntut kelengkapan fasilitas. Soalnya, kegemukan kerap menimbulkan beragam komplikasi saat persalinan. 

Wanita itu tidak sendirian. Masih ada begitu banyak wanita yang menjalani kehamilannya dengan penuh kecemasan lantaran masalah serupa. Betulkah kegemukan bisa menyebabkan komplikasi saat hamil? Benarkah juga mereka yang berbadan subur tak sukses menjalani persalinan? 

Alami Hipertensi 
Menurut dr Okky Sofyan, Sp.OG., kegemukan itu sendiri harus dibedakan menjadi dua, yakni overweight (OW) dan obesitas. OW atau berat badan berlebih merupakan kondisi di mana berat badan mencapai lebih dari 20% berat badan ideal (BBI). Sedangkan seseorang dikatakan obesitas jika berat badannya 120% di atas BBI. 

Lebih lanjut Okky membenarkan bahwa kegemukan memang berdampak negatif pada ibu dan janin yang dikandungnya. Baik saat hamil, persalinan, maupun seusai persalinan. Salah satu dampaknya, si ibu berisiko mengalami hipertensi kronis. Soalnya, kegemukan membuat beban jantung jadi terlalu berat. Selain itu tekanan pada pembuluh darah yang meninggi akibat tebalnya lemak.

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih. Sementara tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih. Gejala-gejala yang kerap muncul antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, mimisan, dan sebagainya. Akan tetapi tidak sedikit penderita yang tidak mengalami gejala apa-apa. Sebab itu, satu-satunya jalan untuk mendeteksinya adalah melalui pemeriksaan tekanan darah. 

Ancam Nyawa Si Kecil 
Tak hanya itu. Kemungkinan bagi si ibu untuk mengidap diabetes pun jadi tinggi. Timbunan lemak di tubuh yang merupakan sumber kalorilah yang men-jadi biang keladi. Penyebabnya, hormon kehamilan (Beta HCG/Human Chorion Gonadotrophine) akan mengubah sebagian besar lemak dalam tubuh menjadi glukosa. 

‘’Jadi, bisa dibayangkan jumlah gula yang menumpuk akibat banyaknya lemak. Ibu bisa mengalami diabetes saat hamil yang disebut gestational diabetes. Memang sih diabetes jenis ini umumnya akan menghilang seusai persalinan, dan hanya sedikit saja yang menetap. Tapi dampak negatif diabetes pada janin tetap perlu menjadi perhatian,’’ jelas Okky.

Selanjutnya, gangguan kencing manis ini bisa mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar (makrosomi) dengan berat lahir mencapai 4.000-5.000 gram atau lebih. Bisa juga sebaliknya, si bayi lahir dengan berat lahir rendah, yakni di bawah 2.000-2.500 gram. Ini karena pembuluh darah yang menyempit akibat timbunan lemak membuat pasokan nutrisi ke janin jadi berkurang hingga bayi tidak bisa berkembang optimal. 

Risiko lainnya, janin mengalami hipoksia karena plasenta sebagai penyuplai oksigen menyempit karena lemak. Padahal terhambatnya suplai oksigen ini akan merusak sel-sel otak si janin. Semakin lama rentang waktu penghambatan ini terjadi, efeknya akan makin parah dan makin sukar dipulihkan. Akibatnya, kecerdasan si kecil akan berkurang.

Dampak yang lebih parah, bukan tidak mungkin si janin meninggal dalam kandungan karena mengalami keracunan. Kemungkinan lain, paru-parunya mengalami gangguan berat akibat kadar gula ibu yang sangat tinggi.

‘’Beberapa detik setelah dilahirkan, bayi dengan gangguan semacam ini biasanya meninggal dunia,’’ ungkap Okky.


Komplikasi Usai Persalinan 
Seusai bersalin, ragam komplikasi pun masih menunggu. Proses sesar pada ibu dengan OW maupun obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Hal ini karena proses pembekuan darah pada ibu hamil jadi kurang berfungsi optimal.

Bekuan darah yang berguna untuk mengurangi bahkan menghentikan perdarahan terganggu akibat kondisi pembuluh darah yang tidak ideal, baik karena penumpukan lemak maupun timbunan kolesterol. 

  Berdasarkan pengalaman Okky, ibu hamil dengan OW maupun obesitas juga kerap mengalami infeksi seusai bersalin. Penyebabnya tak lain adalah banyaknya pembuluh darah si ibu hamil tadi yang tersumbat.

Dengan kondisi demikian, proses penyembuhan luka pun jadi terganggu dan makan waktu lebih lama. Pasalnya, pembuluh darah merupakan komponen penting untuk menyatukan jaringan luka agar utuh kembali. Sementara timbunan lemak yang berlipat-lipat pada lapisan kulit merupakan media yang kondusif untuk tumbuhnya kuman. Tak heran kalau infeksi pun tinggal menunggu waktu.

Itulah sebabnya, Okky menyarankan agar para wanita yang berencana hamil sebaiknya mengatur berat badannya supaya tidak berlebihan. Akan lebih bagus lagi jika berat badannya mencapai berat badan ideal.

Kalaupun sebelumnya sudah memiliki berat badan ideal, hendaknya harus diupayakan untuk mempertahankan berat badan ideal tersebut. Ingat, di trimester pertama peningkatan berat badan memang relatif sedikit, tak kunjung naik atau bahkan berkurang karena gangguan mual-muntah. Akan tetapi kondisi di trimester 2 dan 3 jadi sedemikian berbeda karena sebagian besar ibu hamil mengalami peningkatan berat badan cukup pesat. 

Yang Harus Dilakukan

* Berkonsultasi teratur pada dokter kandungan 
Dengan mengikuti serangkaian pemeriksaan dan aktivitas yang disarankan dokter, kehamilan dan persalinan bisa berlangsung dengan lancar. 

Hal pertama yang lazim dilakukan dokter adalah melakukan serangkaian tes di trimester pertama. Mulai pemeriksaan gula darah, tekanan darah, wawancara, hingga pengukuran berat badan. Pemeriksaan ini diulang di akhir trimester 3 untuk mengetahui apakah ibu berisiko terkena diabetes dan hipertensi atau tidak. 

Untuk mengukur kadar gula akan dilakukan pemeriksaan glukosa toleransi tes (GTT). Ibu biasanya mesti berpuasa beberapa jam sebelum diambil darahnya. Setelah itu si ibu hamil mesti mengonsumsi air mengandung gula dalam kadar tertentu. Kemudian dites darah lagi dan dilihat hasilnya.

Jika kadar gula darahnya tinggi (140 mg/dl), maka ibu positif menderita diabetes. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemantauan perkembangan janin dari bulan ke bulan. Frekuensi pemantauan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Jika tidak ada indikasi yang mengganggu, frekuensi dikurangi. Demikian sebaliknya. 

Saat persalinan, dokter umumnya akan melakukan tindakan induksi di usia kehamilan 40 minggu. Induksi dengan obat-obatan yang dimasukkan ke vagina ini dilakukan agar bayi tidak berkembang lebih besar lagi hingga menjadi giant baby.

Dokter juga akan memberikan insulin jika ibu positif terkena kencing manis. Lewat cara ini banyak ibu yang bisa melahirkan dengan normal. Kecuali jika ada hambatan seperti bahu bayi tersangkut akibat besarnya ukuran tubuh bayi ataupun kontraksi yang lemah. Untuk mencegah infeksi, dokter akan memberikan obat-obatan antibiotika. Sementara transfusi darah dilakukan jika kadar Hb ibu relatif rendah.


* Menjalani pola makan sehat 
Salah satunya dengan membatasi kalori. Ini memang masih menjadi kontroversi, karena di satu sisi janin membutuhkan nutrisi lebih. Dikhawatirkan pengurangan kalori bisa menyebabkan perkembangan janin terganggu. Sementara di sisi lain, ibu dalam keadaan bahaya jika asupan kalorinya tidak dibatasi. Hal yang bisa dilakukan adalah tetap menjaga pola makan dengan gizi cukup dan seimbang. 

Selain itu, hindari makanan pemicu gula darah tinggi seperti makanan yang manis-manis, makanan berlemak, goreng-gorengan, dan makanan tinggi kolesterol. Makanan berserat dan buah-buahan segar sangat dianjurkan karena bisa mempertahankan rasa kenyang lebih lama, disamping mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Bagi yang menderita tekanan darah tinggi, selain memberikan obat-obatan, dokter juga menganjurkan penderita agar membatasi konsumsi makanan yang mengandung garam. 

* Melakukan olahraga ringan secara teratur 
Yang paling dianjurkan adalah jalan kaki di pagi hari atau renang yang bisa membuat kondisi ibu sehat, selain turut membakar kolesterol dan lemak dalam tubuh. Jangan lakukan olahraga berat seperti joging maupun olahraga keras lainnya karena akan membahayakan janin. Sebabnya, "Penghancuran lemak terlalu drastis bisa mengakibatkan keton lemak meracuni janin." 

Dengan mengikuti semua prosedur di atas, ungkap Okky, ibu hamil tak perlu kelewat mencemaskan kehamilan dan persalinannya. Sedangkan buah hati tercinta pun bisa lahir dengan selamat tanpa menderita komplikasi apa pun.


Tips Hamil Dengan Obesitas

* Yakinlah Anda bisa menjalani kehamilan dan persalinan dengan lancar. Sikap tenang ini sangat bermanfaat untuk perkembangan janin. 

* Jalani semua saran dan anjuran dokter. Jangan sekali-kali membantah dengan alasan apa pun. Kemukakan semua keluhan dan gejala yang dialami saat hamil. 

* Sebagian besar ibu obesitas atau OW harus menjalani persalinan lewat operasi sesar, meski ada sebagian yang bisa menjalani persalinan normal. Normal tidaknya tergantung beberapa hal seperti ukuran panggul, kekuatan kontraksi, dan ukuran bayi. 

* Pilihlah klinik atau rumah sakit dengan fasilitas lengkap. Ini sebagai antisipasi jika ibu membutuhkan tindakan medis yang lebih kompleks. (sumber : tabloid nakita)

Tidak ada komentar: