19 September 2008

Istri tidak Suka Foreplay

Dok, seberapa pentingkah foreplay dalam hubungan intim? Hal ini saya tanyakan karena istri saya yang satu senang foreplay, sedangkan yang satunya lagi tidak suka. Apakah dia frigid, Dok?  Darwis

Jawaban
Kalau selama ini kita selalu menganggap hubungan seksual adalah terjadinya penetrasi Mr Happy ke Miss Jelita, sama bila kita mengatakan makanan itu hanya nasi. Jika tidak terjadi penetrasi Mr Happy ke Miss Jelita, bukan hubungan seksual namanya. Sedangkan foreplay, kalau makanan ibaratnya lauknya.

Kalau hanya makan nasi saja, kita tetap kenyang, tapi bisa dinikmati nggak? Nikmat nggak? Nah, kalau ditanyakan seberapa pentingnya foreplay, ya seperti itu gambarannya. Sangat penting. Bagimana kita bisa membangkitkan gairah pasangan, sehingga ketika terjadi penetrasi, bisa mencapai orgasme berulang-ulang.

Kalau istri mengganggap foreplay tidak penting, berarti ada sesuatu yang kurang. Harus dicari tahu, kenapa istri ingin cepat-cepat menuntaskan hubungan intim. Komunikasi masalah seksual dengan pasangan paling efektif setelah hubungan intim, tapi jangan dengan memojokkan pasangan, melainkan arahkan pasangan untuk melihat hal-hal positif dari yang coba kita jelaskan. Bukan dengan menyudutkan pasangan, sehingga pasangan merasa dikritik.

Mungkin sebenarnya bukan masalah frigid. Coba kita lihat dari sisi budaya ketimuran kita, bahwa wanita terkadang ada yang merasa harga dirinya diinjak-injak jika kita coba eksplorasi seksualnya.

Ketika wanita itu terangsang dan menjadi ‘liar’ dalam melakukan hubungan intim, lebih bergairah, dia merasakan harga dirinya tidak bisa dikendalikan, dan dia merasa dirinya lebih hina karena terlalu dieksplorasi.

Titik yang paling sensitif pada wanita adalah clitoris, tapi tidak semua wanita senang disentuh Miss Jelita-nya karena akan mendapatkan sensasi sensual yang meletup-letup sehingga dia lebih bergairah dan tidak bisa mengontrol dirinya. Inilah yang membuat wanita merasa dirinya lebih hina sehingga dia merasa tidak senang, tidak nyaman, bahkan merasa berdosa. Pendekatan-pendekatan ini mungkin yang perlu dicoba Pak Darwis, dengan melihat dari sudut pandang pasangan.

Tidak ada komentar: